Monday 9 April 2012

sU uSuL sEaMpUh bUmIpOsEnG


TUNGGUL-TUNGGUL GERIGIS
Teori Personaliti Wajadiri (Resilience)
Pengertian Resilience
Pada tahun 1992 Liquanti membuat kesimpulan bahawa teori resilience memberi kekuatan kepada remaja untuk menghadapi cabaran hidup. Mereka tidak mudah mengalah apabila menghadapi tekanan. Mereka dapat mengawal diri dari terjebak dengan gejala yang tidak baik, kenakalan remaja, kegagalan di sekolah, dan dari gangguan mental. Ini menjadikan remajalebih tabah.Tahun 1995, Grotberg menjelaskan resilience merupakan kapasiti yang bersifatuniversal. Oleh itu individu atau masyarakat dapat menghalang, mengurangkan ataupun menghidarkan perkara yang tidak diingini berlaku semasa mereka mengalami musibah atau kemalangan.
Grotberg Pada tahun (1995), Grotberg menjelaskan bahawa resilience merupakankapasiti yang bersifat universal dan dengan kapasiti tersebut, individu, kelompok ataupunkomuniti mampu mencegah, mengurangkan ataupun melawan pengaruh burukyang bolehmerosakkan semasa mereka mengalami musibah atau kemalangan.

Block pula mendefinasikan resilience merupakan keupayaan yang tinggi dalammenyesuaikan diri ketika menghadapi tekanan yang dating dari dalaman ataupun luaran.
“… a personality resource that allows individual to modify their characteristic level and 
habitual mode of expression of ego-control as the most adaptively encounter, function in and shape their immediate and long term environmental context. (Block, dalam Klohnen, 1996,hal.45). Istilah resilience diformulasikan pertama kali oleh Block (dalam Klohnen, 1996) dengannamaego-resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luas saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal.Secara spesifik, ego-resilience adalah:
“… a personality resource that allows individual to modify their characteristic level and 
habitual mode of expression of ego-control as the most adaptively encounter, function in and shape their immediate and long term environmental context. (Block, dalam Klohnen, 1996,hal.45).



Rutter & Garmezy (1996) menjelaskan
Dalam perjalanannya, terminologi resilience mengalami perluasan dalam hal pemaknaan.Diawali dengan penelitian Rutter & Garmezy (dalam Klohnen, 1996), tentang anak-anak yang mampu bertahan dalam situasi penuh tekanan. Dua peneliti di atas menggunakanistilah resiliensi sebagai descriptive labels yang mereka gunakan untuk menggambarkan anak-anak yang mampu berfungsi secara baik walaupun mereka hidup dalam lingkungan buruk dan penuh tekanan.
Masten & Coatswerth (dalam Davis, 1999), mengatakan bahwa untuk mengidentifikasikan resilience diperlukan dua syarat, iaitu yang pertama adanya ancaman yangsignifikan pada individu (ancaman berupa status high risk atau ditimpa kemalangan dan trauma yang kronis) dan yang kedua adalah kualitas adaptasi atau perkembangan individu tergolong baik (individu berperilaku dalam compotent manner 

Menurut Grotberg (1999)
Resilienc adalah kemampuan manusia untuk menghadapi,mengatasi, menjadi kuat ketika menghadapi rintangan dan hambatan. Resilience bukan merupakan suatu keajaiban, tidak hanya ditemukan pada sebahagian manusia dan bukanmerupakan sesuatu yang berasal dari sumber yang tidak jelas. Setiap manusia memilikikemampuan untuk menjadi resilience dan setiap orang mampu untuk belajar bagaimanamenghadapi rintangan dan hambatan dalam hidupnya.Resilience disebut juga oleh Wolin & Wolin (dalam Bautista, Roldan & Bascal, 2001),sebagai keterampilan coping saat dihadapkan pada tentangan hidup atau kapasitas individu untuk tetap “sihat” (wellness) dan terus memperbaiki diri(self repair) Shatte dan Reivich (2002) menyebutkan bahwa resilience adalah kemampuan untuk berespon secara sihat dan produktif ketika menghadapi rintangan atau trauma.Wolff (dalam Banaag, 2002), memandang resilience sebagai trait Menurutnya, trait ini merupakan kapasiti tersembunyi yang muncul untuk melawan kehancuran individu dan melindungi individu dari segala rintangan kehidupan. Individu yang mempunyai intelegensi yangbaik, mudah beradaptasi,social temperament  dan berkepribadian yang menarik pada akhirnyamemberikan kontribusi secara konsisten pada penghargaan diri sendiri, kompetensi, dan perasaan bahawa ia beruntung. Individu tersebut adalah individu yang resilience.Banaag (2002), menyatakan bahwa resiliensi adalah suatu proses interaksi antara faktor individual dengan faktor lingkungan. Faktor individual ini berfungsi menahan perusakan dirisendiri dan melakukan kontruksi diri secara positif, sedangkan faktor lingkungan berfungsi untuk melindungi individu dan “melunakkan” kesulitan hidup individu.

Menurut Papalia,olds dan Feldman (2003)
Resilience adalah sikap tabah dan tahan lasak yang dimiliki seseorang ketika dihadapkan dengan keadaan yang sulit

Lazarus (dalam Tugade & Fredrikson, 2004), menganalogikan resilience dengankelenturan pada logam.Misalnya, besi cetak yang banyak mengandung karbon sangat keras tetapirapuh atau mudah patah (tidak resilience) sedangkan besi tempa mengandung sedikit karbonsehingga lunak dan mudah dibentuk sesuai dengan keperluan (resilience).Perumpamaan tersebutboleh diterapkan untuk membezakan individu yang memiliki daya tahan dan yang tidak sesuaididedahkan pada tekanan psikologi yang dikaitkan dengan pengalaman negatif.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resilience

Menurut Grotberg pada tahun 2004 resilience pada seseorang dipengaruhioleh beberapa factor iaitu:
Grotberg (2004) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi resilience padaseseorang iaitu :

TemperamenTemperamen mempengaruhi bagaimana seorang individu bereaksi terhadap rangsangan .Apakah seseorang tersebut bereaksi dengan sangat cepat atau sangat lambat terhadaprangsangan? Temperamen dasar seseorang mempengaruhi bagaimana individu menjadi seorangpengambil resiko atau menjadi individu yang lebih berhati-hati.b.

IntelegensiBanyak penelitian membuktikan bahawa intelegensi rata-rata atau rata-rata bawah lebihpenting dalam kemampuan resilience seseorang. Namun penelitian yang dilakukan olehGrotberg (1999) membuktikan bahawa kemampuan resilience tidak hanya dipengaruhi oleh satufaktor melainkan ditentukan oleh banyak faktor.

BudayaPerbezaan budaya merupakan faktor yang membatasi dinamika yang berbeza dalammempromosikan
resilience

Usia anak mempengaruhi dalam kemampuan resilience
Anak-anak yang lebih muda(dibawah lapan belas tahun) lebih bergantung pada sumber-sumber dari luar (
the “I Have “factor) Anak-anak yang lebih tua (lapan belas tahun keatas) lebih bergantung pada kemampuandalam dirinya (the “I Can”factor )

JantinaPerbezaan jantina mempengaruhi dalam perkembangan resilience
Anak perempuan lebihpada kemampuan mencari bantuan, berbagi perasaan dan lebih sensitif pada orang lain. Anak laki-laki lebih pragmatik, berfokus pada masalah dan hasil dari tindakan yang mereka lakukan.Banyak penelitian yang berusaha untuk mengidentifikasikan faktor yang berpengaruhterhadap resilience seseorang.Faktor tersebut meliputi dukungan eksternal dan sumber-sumbernya yang ada pada diri seseorang (misalnya keluarga, lembaga-lembaga pemerhati dalamhal ini yang melindungi perempuan), kekuatan personal yang berkembang dalam diri seseorang(seperti self-esteem, a capacity for self monitoring,spritualitas dan altruism), dan kemampuansosial (seperti mengatasi konflik, kemampuan-kemampuan berkomunikasi).Grotberg (1995), mengemukakan faktor-faktor resilience yang diidentifikasikan berdasarkansumber-sumber yang berbeza. Untuk kekuatan individu, dalam diri pribadi digunakan istilah „
 I Am’ untuk dukungan eksternal dan sumber-sumbernya, digunakan istilah „
 I Have’ sedangkanuntuk kemampuan interpersonal digunakan istilah’I Can’ 

Berikut ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor resiliensi yang dapat menggambarkanresiliensi pada individu.
 I Am, I Have, I Can
merupakan karakteristik untuk meningkatkanresiliensi dari
the principal investigator of the Internasional Resilieance Project 
(Grotberg,1995).

I Am
Faktor I Am merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri, seperti perasaan, tingkah lakudan kepercayaan yang terdapat dalam diri seseorang. Faktor
 I Am terdiri dari beberapa bahagian. Antara lain; bangga pada diri sendiri, perasaan dicintai dan sikap yang menarik, individu dipenuhiharapan, iman, dan kepercayaan, mencintai, empati dan
altruistic, yang terakhir adalah mandiridan bertanggung jawab.Berikut ini, akan dijelaskan satu persatu mengenai bahagian-bahagian dari faktor I Am
.
Bangga pada diri sendiri;
Individu tahu bahwa mereka adalah seorang yang penting dan merasa bangga akansiapakah mereka itu dan apapun yang mereka lakukan atau akan dicapai. Individu itu tidak akanmembiarkan orang lain meremehkan atau merendahkan mereka. Ketika individu mempunyai masalah dalam hidup, kepercayaan diri dan self esteem membantu mereka untuk dapat bertahandan mengatasi masalah tersebut.Perasaan dicintai dan sikap yang menarik;Individu pasti mempunyai orang yang menyukai dan mencintainya. Individu akanbersikap baik terhadap orang-orang yang menyukai dan mencintainya. Seseorang dapat mengatursikap dan perilakunya jika menghadapi respon-respon yang berbeza ketika berbicara denganorang lain. Bahagian yang lain adalah dipenuhi harapan, iman, dan kepercayaan. Individu percaya ada harapan bagi mereka, serta orang lain dan institusi yang dapat dipercaya. Individu merasakan mana yang benar maupun salah, dan ingin ikut serta didalamnya. Individumempunyai kepercayaan diri dan iman dalam moral dan kebaikan, serta dapat mengekspresikannya sebagai kepercayaan terhadap Tuhan dan manusia yang mempunyaispiritual yang lebih tinggi.
Mencintai, empati,altruistic ;Iaitu ketika seseorang mencintai orang lain dan mengekspresikan cinta itu denganberbagai macam cara. Individu peduli terhadap apa yang terjadi pada orang lain danmengekspresikan melalui berbagai perilaku atau kata-kata. Individu merasakan ketidak nyamanan dan penderitaan orang lain dan ingin melakukan sesuatu untuk menghentikan atau berbagi penderitaan atau memberikan kenyamanan.Mandiri dan bertanggung jawab Individu dapat melakukan berbagai macam hal menurut keinginan mereka dan menerima berbagai konsekuensi dan perilakunya. Individu merasakan bahawa ia boleh mandiri dan bertanggung jawab atas hal tersebut. Individu mengerti batasan kontrol mereka terhadap berbagaikegiatan dan mengetahui saat orang lain bertanggung jawab.

I Have
Aspek ini merupakan bantuan dan sumber dari luar yang meningkatkan resilience.Sumber-sumbernya adalah
memberi semangat agar mandiri, dimana individu baik yangindependen maupun masih tergantung dengan keluarga, secara konsisten bisa mendapatkanpelayanan seperti hospital, doktor, atau pelayanan lain yang sejenis.
Struktur dan aturan rumah Setiap keluarga mempunyai aturan-aturan yang harus diikuti, jika ada anggota keluargayang tidak mematuhi aturan tersebut maka akan diberikan penjelasan atau hukuman. Sebaliknya jika anggota keluarga mematuhi aturan tersebut maka akan diberikan pujian.

Role Modelsjuga merupakan sumber dari faktorI Have Iaitu orang-orang yang dapat menunjukkan apa yang individu harus lakukan seperti informasi terhadap sesuatu dan memberisemangat agar individu mengikutinya.Sumber yang terakhir adalah mempunyai hubungan Orang-orang terdekat dari individuseperti suami, anak, orang tua merupakan orang yang mencintai dan menerima individu tersebut.Tetapi individu juga memerlukan cinta dan sokongan dari orang lain yang kadangkala dapatmemenuhi keperluan kasih sayang yang kurang dari orang terdekat mereka.
I Can
Faktor I Can adalah kompetensi sosial dan interpersonal seseorang. Bahagian-bahagiandari faktor ini adalah
mengatur berbagai perasaan dan rangsangan dimana individu dapat mengenali perasaan mereka, mengenali berbagai jenis emosi, dan mengekspresikannya dalamkata-kata dan tingkah laku namun tidak menggunakan kekerasan terhadap perasaan dan hak orang lain maupun diri sendiri. Individu juga dapat mengatur rangsangan untuk memukul, kabur, merusak barang, atau melakukan berbagai tindakan yang tidak menyenangkan.Mencari hubungan yang dapat dipercaya dimana individu dapat menemukanseseorang misalnya orang tua, saudara, teman sebaya untuk meminta pertolongan, berbagiperasaan dan perhatian, guna mencari cara terbaik untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah personal dan interpersonal.

Sumber yang lain adalah
keterampilan berkomunikasi dimana individu mampumengekspresikan berbagai macam fikiran dan perasaan kepada orang lain dan dapat mendengarapa yang orang lain katakan serta merasakan perasaan orang lain.
Mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain dimana individu memahamitemperamen mereka sendiri (bagaimana bertingkah, merangsang, dan mengambil resiko ataudiam, reflek dan berhati-hati) dan juga terhadap temperamen orang lain. Hal ini menolongindividu untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkomunikasi, membantuindividu untuk mengetahui kecepatan untuk bereaksi, dan berapa banyak individu mampu suksesdalam berbagai situasi.

Kemampuan memecahkan masalah
Individu dapat menilai suatu masalah secara alamiserta mengetahui apa yang mereka perlukan agar dapat memecahkan masalah dan bantuan apayang mereka memerlukan dari orang lain. Individu dapat membicarakan berbagai masalahdengan orang lain dan menemukan penyelesaian masalah yang paling tepat dan menyenangkan.Individu terus-menerus bertahan dengan suatu masalah sampai masalah tersebut terpecahkan.Setiap faktor dari
 I Am, I Have, I Can
memberikan konstribusi pada berbagai macamtindakan yang dapat meningkatkan potensi resilience. Individu yang resilience tidak memerlukansemua sumber-sumber dari setiap faktor, tetapi apabila individu hanya memiliki satu faktorindividu tersebut tidak dapat dikatakan sebagai individu yang beresilience, misalnya individu yang mampu berkomunikasi dengan baik (I Can) tetapi ia tidak mempunyai hubungan yangdekat dengan orang lain (I Have ) dan tidak dapat mencintai orang lain (I Am), ia tidak termasuk orang yang beresilience.

Kemampuan-kemampuan Dasar Resilience
Shatte dan Reivich (2002) mengemukakan beberapa kemampuan yang bisamengungkap kemampuan
resilience
pada individu iaitu :1.

Emotion Regulation
Merupakan kemampuan untuk tetap tenang ketika berada di bawah tekanan. Individu yang resilience
menggunakan kemampuan pengaturan emosi agar boleh mengawal emosi, perhatiandan perilaku mereka.
Selfregulation sangat penting untuk membentuk hubungan yang intim,berhasil di tempat kerja dan memiliki fizikal yang sihat. Sebaliknya, individu yang tidak dapatmengawal emosi maka mereka sering merasa keletihan secara emosional dan menunjukkanketidakmampuan untuk mengatur emosi dan tidak mampu untuk membina hubungan denganorang lain.2.
Impulse Control
Impulse Control adalah kemampuan untuk mengendalikan mengendalikandorongan-dorongan primitif yang ada dalam diri individu dan lebih mengutamakan fikiran-fikiran yang rasional. Ketidakamampuan untuk menahan dorongan-dorongan bisa melibatkanpemikiran dan tindakan yang salah.

OptimismeIndividu yang resilient adalah individu yang optimis. Mereka percaya bahawa segala sesuatuboleh berubah menjadi lebih baik. Mereka memiliki harapan untuk masa depan dan percayabahawa mereka dapat mengatur kehidupan mereka. Bila dibandingkan dengan individu yangpesimis, orang-orang yang optimis secara fizikal lebih sihat, tidak mudah mengalamidepresi dan lebih produktif di tempat kerja. Optimisme adalah suatu keyakinan bahawa setiapmasalah boleh diatasi.

Causal AnalysisCausal Analysis
adalah kemampuan seseorang untuk mengenali penyebab dari masalah yangdialami. Jika individu tidak dapat menilai penyebab dari setiap masalah yang mereka alamidengan baik, maka ia akan terperosok untuk membuat kesalahan.

Empati Empati adalah kemampuan untuk membaca keadaan emosi dan psikologis seseorang.Beberapa inidividu mampu membaca melalui isyarat non verbal seperti ekspresi wajah, intonasisuara, bahasa tubuh untuk membaca fikiran dan perasaan orang lain.

Self-efficacySelf-efficacy
adalah kemampuan yang menunjukkan bahawa seseorang dapat memecahkanmasalah yang dialami demi mencapai kesuksesan.

Reaching Out  Reaching Out 
adalah kemampuan untuk bertemu dengan orang-orang baru, mencuba hal-halbaru, berani melakukan kegiatan yang memerlukan keberanian dan kekuatan dari dalam dir

TahapanResilience
Reivich dan Shatte (2002) mengemukakan empat tahapan-tahapan dariresilienceiaitu :

OvercomeKemampuan resilience diperlukankan untuk mengatasi rintangan semasa kanak-kanak seperti perceraian, kemiskinan, pengabaian secara emosional atau penyiksaan fizikal.Kemampuan
Resilience diperlukan agar individu dapat mengatasi kerosakan yang terjadi di masamuda agar dapat mewujudkan masa dewasa yang diinginkan.



Steer Through
Kemampuanr esilience diperlukan agar individu dapat mengatasi kesulitan yang timbuldalam kehidupan sehari-hari. Penelitian menunujukkan bahawa manfaat alami dari menguasaistres yang kronis adalah melalui
self efficacyOrang-orang yang memilikiself efficacyyang tinggi adalah untuk memecahkan masalah dalam hidup dan tidak mudah menyerah sekiranyatidak menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi.

Bouncing Back 
Kemampuan resilience diperlukan agar individu mampu bangkit kembali dari kesulitan yangdialami seperti perceraian, kemiskinan, bencana alam , ataupun kehilangan anggota keluarga.

Reach Out 
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh adalah individu dapat menilai resiko yang dihadapi,dapat mengekspresikan pemikiran dan perasaannya serta dapat menemukan arti dan tujuan darihidup mereka.Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahawa resilienceadalah kemampuan manusia untuk menghadapi dan mengatasi rintangan, halangan dan kesulitan dalamhidup sehingga individu tersebut menjadi lebih kuat.

No comments:

Post a Comment