TUNGGUL-TUNGGUL GERIGIS
Teori Personaliti Wajadiri (Resilience)
Teori Personaliti Wajadiri (Resilience)
Pengertian Resilience
Pada tahun
1992 Liquanti membuat kesimpulan bahawa teori resilience memberi kekuatan kepada
remaja untuk menghadapi cabaran hidup. Mereka tidak mudah mengalah apabila
menghadapi tekanan. Mereka dapat mengawal diri dari terjebak dengan gejala yang
tidak baik, kenakalan remaja, kegagalan di sekolah, dan dari gangguan
mental. Ini menjadikan remajalebih tabah.Tahun 1995, Grotberg menjelaskan
resilience merupakan kapasiti yang bersifatuniversal. Oleh itu individu atau
masyarakat dapat menghalang, mengurangkan ataupun menghidarkan perkara yang
tidak diingini berlaku semasa mereka mengalami musibah atau kemalangan.
Grotberg Pada tahun (1995), Grotberg
menjelaskan bahawa resilience merupakankapasiti yang bersifat universal dan
dengan kapasiti tersebut, individu, kelompok ataupunkomuniti mampu mencegah,
mengurangkan ataupun melawan pengaruh burukyang bolehmerosakkan semasa mereka
mengalami musibah atau kemalangan.
Block pula
mendefinasikan resilience merupakan keupayaan yang tinggi dalammenyesuaikan
diri ketika menghadapi tekanan yang dating dari dalaman ataupun luaran.
“… a personality resource that
allows individual to modify their characteristic level and
habitual mode of expression of
ego-control as the most adaptively encounter, function in and shape their
immediate and long term environmental context. (Block, dalam Klohnen,
1996,hal.45). Istilah resilience diformulasikan pertama kali oleh Block
(dalam Klohnen, 1996) dengannamaego-resilience, yang diartikan sebagai
kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan
luas saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal.Secara spesifik,
ego-resilience adalah:
“… a personality resource that
allows individual to modify their characteristic level and
habitual mode of expression of
ego-control as the most adaptively encounter, function in and shape their
immediate and long term environmental context. (Block, dalam Klohnen,
1996,hal.45).
Rutter &
Garmezy (1996) menjelaskan
Dalam perjalanannya, terminologi
resilience mengalami perluasan dalam hal pemaknaan.Diawali dengan
penelitian Rutter & Garmezy (dalam Klohnen, 1996), tentang anak-anak yang
mampu bertahan dalam situasi penuh tekanan. Dua peneliti di atas
menggunakanistilah resiliensi sebagai descriptive labels yang mereka gunakan
untuk menggambarkan anak-anak yang mampu berfungsi secara baik walaupun mereka
hidup dalam lingkungan buruk dan penuh tekanan.
Masten &
Coatswerth (dalam Davis, 1999), mengatakan bahwa untuk mengidentifikasikan
resilience diperlukan dua syarat, iaitu yang pertama adanya ancaman
yangsignifikan pada individu (ancaman berupa status high risk atau ditimpa kemalangan dan trauma yang kronis)
dan yang kedua adalah kualitas adaptasi atau perkembangan individu tergolong
baik (individu berperilaku dalam compotent manner
Menurut
Grotberg (1999)
Resilienc adalah kemampuan manusia untuk menghadapi,mengatasi, menjadi kuat
ketika menghadapi rintangan dan hambatan. Resilience bukan merupakan suatu keajaiban, tidak hanya ditemukan
pada sebahagian manusia dan bukanmerupakan sesuatu yang berasal dari sumber
yang tidak jelas. Setiap manusia memilikikemampuan untuk menjadi resilience
dan setiap orang mampu untuk belajar
bagaimanamenghadapi rintangan dan hambatan dalam hidupnya.Resilience disebut
juga oleh Wolin & Wolin (dalam Bautista, Roldan & Bascal, 2001),sebagai
keterampilan coping saat dihadapkan
pada tentangan hidup atau kapasitas individu untuk tetap “sihat”
(wellness) dan terus memperbaiki diri(self
repair) Shatte dan Reivich (2002)
menyebutkan bahwa resilience adalah
kemampuan untuk berespon secara sihat dan produktif ketika menghadapi
rintangan atau trauma.Wolff (dalam Banaag, 2002), memandang resilience sebagai
trait Menurutnya, trait ini
merupakan kapasiti tersembunyi yang muncul
untuk melawan kehancuran individu dan melindungi individu dari segala rintangan
kehidupan. Individu yang mempunyai intelegensi yangbaik, mudah beradaptasi,social
temperament dan berkepribadian yang
menarik pada akhirnyamemberikan kontribusi secara konsisten pada penghargaan
diri sendiri, kompetensi, dan perasaan bahawa ia beruntung. Individu tersebut
adalah individu yang resilience.Banaag (2002), menyatakan bahwa resiliensi
adalah suatu proses interaksi antara faktor individual dengan faktor lingkungan.
Faktor individual ini berfungsi menahan perusakan dirisendiri dan melakukan
kontruksi diri secara positif, sedangkan faktor lingkungan berfungsi
untuk melindungi individu dan “melunakkan” kesulitan hidup
individu.
Menurut
Papalia,olds dan Feldman (2003)
Resilience adalah sikap tabah dan tahan lasak yang dimiliki seseorang ketika
dihadapkan dengan keadaan yang sulit
Lazarus (dalam
Tugade & Fredrikson, 2004), menganalogikan resilience dengankelenturan pada
logam.Misalnya, besi cetak yang banyak mengandung karbon sangat keras
tetapirapuh atau mudah patah (tidak resilience) sedangkan besi tempa mengandung
sedikit karbonsehingga lunak dan mudah dibentuk sesuai dengan keperluan
(resilience).Perumpamaan tersebutboleh diterapkan untuk membezakan individu
yang memiliki daya tahan dan yang tidak sesuaididedahkan pada tekanan psikologi
yang dikaitkan dengan pengalaman negatif.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Resilience
Menurut
Grotberg pada tahun 2004 resilience pada seseorang dipengaruhioleh beberapa factor iaitu:
Grotberg (2004) mengemukakan beberapa
faktor yang mempengaruhi resilience padaseseorang iaitu :
TemperamenTemperamen
mempengaruhi bagaimana seorang individu bereaksi terhadap rangsangan .Apakah
seseorang tersebut bereaksi dengan sangat cepat atau sangat lambat
terhadaprangsangan? Temperamen dasar seseorang mempengaruhi bagaimana individu
menjadi seorangpengambil resiko atau menjadi individu yang lebih berhati-hati.b.
IntelegensiBanyak
penelitian membuktikan bahawa intelegensi rata-rata atau rata-rata bawah
lebihpenting dalam kemampuan resilience
seseorang. Namun penelitian yang dilakukan
olehGrotberg (1999) membuktikan bahawa kemampuan resilience tidak hanya dipengaruhi oleh satufaktor melainkan
ditentukan oleh banyak faktor.
BudayaPerbezaan
budaya merupakan faktor yang membatasi dinamika yang berbeza dalammempromosikan
resilience
Usia anak
mempengaruhi dalam kemampuan resilience
Anak-anak yang
lebih muda(dibawah lapan belas tahun) lebih bergantung pada sumber-sumber dari
luar (
the “I Have “factor) Anak-anak yang lebih tua (lapan belas tahun
keatas) lebih bergantung pada kemampuandalam dirinya (the “I
Can”factor )
JantinaPerbezaan jantina mempengaruhi dalam perkembangan resilience
Anak perempuan
lebihpada kemampuan mencari bantuan, berbagi perasaan dan lebih sensitif pada
orang lain. Anak laki-laki lebih pragmatik, berfokus pada masalah dan
hasil dari tindakan yang mereka lakukan.Banyak penelitian yang berusaha untuk
mengidentifikasikan faktor yang berpengaruhterhadap resilience seseorang.Faktor
tersebut meliputi dukungan eksternal dan sumber-sumbernya yang ada pada diri
seseorang (misalnya keluarga, lembaga-lembaga pemerhati dalamhal ini yang
melindungi perempuan), kekuatan personal yang berkembang dalam diri
seseorang(seperti self-esteem, a capacity for self
monitoring,spritualitas dan altruism), dan kemampuansosial (seperti mengatasi
konflik, kemampuan-kemampuan berkomunikasi).Grotberg (1995), mengemukakan
faktor-faktor resilience yang diidentifikasikan berdasarkansumber-sumber yang
berbeza. Untuk kekuatan individu, dalam diri pribadi digunakan istilah „
I Am’ untuk dukungan eksternal dan sumber-sumbernya,
digunakan istilah „
I Have’ sedangkanuntuk kemampuan interpersonal digunakan istilah’I Can’
Berikut ini
akan dijelaskan mengenai faktor-faktor resiliensi yang dapat
menggambarkanresiliensi pada individu.
I Am, I Have, I Can
merupakan
karakteristik untuk meningkatkanresiliensi dari
the principal investigator of the
Internasional Resilieance Project
(Grotberg,1995).
I Am
Faktor I Am merupakan
kekuatan yang berasal dari dalam diri, seperti perasaan, tingkah lakudan
kepercayaan yang terdapat dalam diri seseorang. Faktor
I Am terdiri dari beberapa bahagian. Antara lain; bangga pada diri sendiri, perasaan dicintai dan sikap yang
menarik, individu dipenuhiharapan, iman, dan kepercayaan, mencintai, empati dan
altruistic, yang terakhir adalah mandiridan bertanggung jawab.Berikut ini, akan
dijelaskan satu persatu mengenai bahagian-bahagian dari faktor I Am
.
Bangga pada diri sendiri;
Individu tahu
bahwa mereka adalah seorang yang penting dan merasa bangga akansiapakah mereka
itu dan apapun yang mereka lakukan atau akan dicapai. Individu itu tidak
akanmembiarkan orang lain meremehkan atau merendahkan mereka. Ketika individu
mempunyai masalah dalam hidup, kepercayaan diri dan self esteem membantu
mereka untuk dapat bertahandan mengatasi masalah tersebut.Perasaan
dicintai dan sikap yang menarik;Individu
pasti mempunyai orang yang menyukai dan mencintainya. Individu akanbersikap
baik terhadap orang-orang yang menyukai dan mencintainya. Seseorang dapat
mengatursikap dan perilakunya jika menghadapi respon-respon yang berbeza ketika
berbicara denganorang lain. Bahagian yang lain adalah dipenuhi harapan, iman,
dan kepercayaan. Individu percaya ada harapan bagi mereka, serta orang lain dan
institusi yang dapat dipercaya. Individu merasakan mana yang benar maupun salah,
dan ingin ikut serta didalamnya. Individumempunyai kepercayaan diri dan iman
dalam moral dan kebaikan, serta dapat mengekspresikannya sebagai kepercayaan
terhadap Tuhan dan manusia yang mempunyaispiritual yang lebih tinggi.
Mencintai, empati,altruistic ;Iaitu ketika seseorang mencintai orang lain dan
mengekspresikan cinta itu denganberbagai macam cara. Individu peduli terhadap
apa yang terjadi pada orang lain danmengekspresikan melalui berbagai perilaku
atau kata-kata. Individu merasakan ketidak nyamanan dan penderitaan orang
lain dan ingin melakukan sesuatu untuk menghentikan atau berbagi penderitaan
atau memberikan kenyamanan.Mandiri dan bertanggung jawab Individu dapat melakukan berbagai macam hal
menurut keinginan mereka dan menerima berbagai konsekuensi dan perilakunya.
Individu merasakan bahawa ia boleh mandiri dan bertanggung jawab atas hal
tersebut. Individu mengerti batasan kontrol mereka terhadap berbagaikegiatan
dan mengetahui saat orang lain bertanggung jawab.
I Have
Aspek ini
merupakan bantuan dan sumber dari luar yang meningkatkan
resilience.Sumber-sumbernya adalah
memberi semangat agar mandiri, dimana individu baik yangindependen maupun
masih tergantung dengan keluarga, secara konsisten bisa mendapatkanpelayanan
seperti hospital, doktor, atau pelayanan lain yang sejenis.
Struktur dan aturan rumah Setiap keluarga mempunyai aturan-aturan yang
harus diikuti, jika ada anggota keluargayang tidak mematuhi aturan tersebut
maka akan diberikan penjelasan atau hukuman. Sebaliknya jika anggota
keluarga mematuhi aturan tersebut maka akan diberikan pujian.
Role Modelsjuga
merupakan sumber dari faktorI Have Iaitu orang-orang yang dapat menunjukkan apa yang
individu harus lakukan seperti informasi terhadap sesuatu dan memberisemangat
agar individu mengikutinya.Sumber yang terakhir adalah mempunyai
hubungan Orang-orang terdekat dari
individuseperti suami, anak, orang tua merupakan orang yang mencintai dan
menerima individu tersebut.Tetapi individu juga memerlukan cinta dan sokongan
dari orang lain yang kadangkala dapatmemenuhi keperluan kasih sayang yang
kurang dari orang terdekat mereka.
I Can
Faktor I Can adalah kompetensi
sosial dan interpersonal seseorang. Bahagian-bahagiandari faktor ini adalah
mengatur berbagai perasaan dan
rangsangan dimana individu dapat mengenali
perasaan mereka, mengenali berbagai jenis emosi, dan mengekspresikannya
dalamkata-kata dan tingkah laku namun tidak menggunakan kekerasan terhadap
perasaan dan hak orang lain maupun diri sendiri. Individu juga dapat
mengatur rangsangan untuk memukul, kabur‟,
merusak barang, atau melakukan berbagai tindakan yang tidak menyenangkan.Mencari
hubungan yang dapat dipercaya dimana
individu dapat menemukanseseorang misalnya orang tua, saudara, teman sebaya
untuk meminta pertolongan, berbagiperasaan dan perhatian, guna mencari cara
terbaik untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah personal dan interpersonal.
Sumber yang
lain adalah
keterampilan berkomunikasi dimana individu mampumengekspresikan berbagai
macam fikiran dan perasaan kepada orang lain dan dapat mendengarapa yang orang
lain katakan serta merasakan perasaan orang lain.
Mengukur temperamen diri sendiri dan
orang lain dimana individu
memahamitemperamen mereka sendiri (bagaimana bertingkah, merangsang, dan
mengambil resiko ataudiam, reflek dan berhati-hati) dan juga terhadap
temperamen orang lain. Hal ini menolongindividu untuk mengetahui berapa lama
waktu yang diperlukan untuk berkomunikasi, membantuindividu untuk mengetahui
kecepatan untuk bereaksi, dan berapa banyak individu mampu suksesdalam berbagai
situasi.
Kemampuan memecahkan masalah
Individu dapat
menilai suatu masalah secara alamiserta mengetahui apa yang mereka perlukan
agar dapat memecahkan masalah dan bantuan apayang mereka memerlukan dari orang
lain. Individu dapat membicarakan berbagai masalahdengan orang lain dan
menemukan penyelesaian masalah yang paling tepat dan menyenangkan.Individu
terus-menerus bertahan dengan suatu masalah sampai masalah tersebut
terpecahkan.Setiap faktor dari
I Am, I Have, I Can
memberikan
konstribusi pada berbagai macamtindakan yang dapat meningkatkan potensi
resilience. Individu yang resilience tidak memerlukansemua sumber-sumber dari
setiap faktor, tetapi apabila individu hanya memiliki satu faktorindividu
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai individu yang beresilience, misalnya
individu yang mampu berkomunikasi dengan baik (I
Can) tetapi ia tidak mempunyai hubungan
yangdekat dengan orang lain (I Have ) dan tidak dapat mencintai orang lain (I Am), ia tidak termasuk orang yang
beresilience.
Kemampuan-kemampuan
Dasar Resilience
Shatte dan
Reivich (2002) mengemukakan beberapa kemampuan yang bisamengungkap kemampuan
resilience
pada individu
iaitu :1.
Emotion Regulation
Merupakan
kemampuan untuk tetap tenang ketika berada di bawah tekanan. Individu yang resilience
menggunakan
kemampuan pengaturan emosi agar boleh mengawal emosi, perhatiandan perilaku
mereka.
Selfregulation sangat penting untuk membentuk hubungan yang
intim,berhasil di tempat kerja dan memiliki fizikal yang sihat. Sebaliknya,
individu yang tidak dapatmengawal emosi maka mereka sering merasa keletihan
secara emosional dan menunjukkanketidakmampuan untuk mengatur emosi dan tidak
mampu untuk membina hubungan denganorang lain.2.
Impulse Control
Impulse Control adalah kemampuan untuk mengendalikan
mengendalikandorongan-dorongan primitif yang ada dalam diri individu dan lebih
mengutamakan fikiran-fikiran yang rasional. Ketidakamampuan untuk menahan
dorongan-dorongan bisa melibatkanpemikiran dan tindakan yang salah.
OptimismeIndividu
yang resilient adalah individu yang optimis. Mereka percaya
bahawa segala sesuatuboleh berubah menjadi lebih baik. Mereka memiliki harapan
untuk masa depan dan percayabahawa mereka dapat mengatur kehidupan mereka. Bila
dibandingkan dengan individu yangpesimis, orang-orang yang optimis secara
fizikal lebih sihat, tidak mudah mengalamidepresi dan lebih produktif di tempat
kerja. Optimisme adalah suatu keyakinan bahawa setiapmasalah boleh diatasi.
Causal AnalysisCausal Analysis
adalah kemampuan
seseorang untuk mengenali penyebab dari masalah yangdialami. Jika individu
tidak dapat menilai penyebab dari setiap masalah yang mereka alamidengan baik,
maka ia akan terperosok untuk membuat kesalahan.
Empati Empati
adalah kemampuan untuk membaca keadaan emosi dan psikologis seseorang.Beberapa
inidividu mampu membaca melalui isyarat non verbal seperti ekspresi wajah,
intonasisuara, bahasa tubuh untuk membaca fikiran dan perasaan orang lain.
Self-efficacySelf-efficacy
adalah
kemampuan yang menunjukkan bahawa seseorang dapat memecahkanmasalah yang
dialami demi mencapai kesuksesan.
Reaching Out Reaching
Out
adalah
kemampuan untuk bertemu dengan orang-orang baru, mencuba hal-halbaru, berani
melakukan kegiatan yang memerlukan keberanian dan kekuatan dari dalam dir
TahapanResilience
Reivich dan
Shatte (2002) mengemukakan empat tahapan-tahapan dariresilienceiaitu :
OvercomeKemampuan resilience diperlukankan
untuk mengatasi rintangan semasa kanak-kanak seperti perceraian,
kemiskinan, pengabaian secara emosional atau penyiksaan fizikal.Kemampuan
Resilience diperlukan agar individu dapat mengatasi kerosakan yang terjadi di
masamuda agar dapat mewujudkan masa dewasa yang diinginkan.
Steer Through
Kemampuanr esilience diperlukan
agar individu dapat mengatasi kesulitan yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian menunujukkan bahawa manfaat alami dari menguasaistres yang kronis
adalah melalui
self efficacyOrang-orang yang memilikiself efficacyyang tinggi adalah untuk memecahkan masalah dalam hidup dan tidak mudah
menyerah sekiranyatidak menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi.
Bouncing Back
Kemampuan resilience diperlukan
agar individu mampu bangkit kembali dari kesulitan yangdialami seperti
perceraian, kemiskinan, bencana alam , ataupun kehilangan anggota keluarga.
Reach Out
Beberapa
manfaat yang dapat diperoleh adalah individu dapat menilai resiko yang
dihadapi,dapat mengekspresikan pemikiran dan perasaannya serta dapat menemukan
arti dan tujuan darihidup mereka.Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahawa resilienceadalah kemampuan manusia untuk menghadapi dan mengatasi rintangan,
halangan dan kesulitan dalamhidup sehingga individu tersebut menjadi lebih
kuat.
No comments:
Post a Comment